Ernest
Hemingway sedang berjalan menapaki jalanan Paris menuju bangunan di daerah
Rue de l’Odeon. Bangunan sempit yang sudah menjadi tempatnya menimba ilmu
dengan mentornya Ezra Pound. Kepalanya kini sudah terasa ringan karena sedikit
banyak isinya telah tersampaikan dilembar-lembar perkamen tua. Kini di hampir
menyelesaikan bukunya yang berjudul Three Stories and Ten Poem (1923),
berkat bantuan Sylvia pemilik bangunan yang seperti rumahnya sendiri itu.
Sore
yang basah ini dia sengaja membawa beberapa roti Paris di tas kumalnya, dia
ingin membaginya dengan Sylvia, Ezra, dan James. Mereka bertiga –kecuali Sylvia
karena tempat itu memang milik Sylvia- berjanji akan bertemu lagi sore ini. Walaupun
baru sore kemarin mereka bersama-sama mencari buku di Bouquinistes, pasar
buku yang memanjang sepanjang sungai Seine. Tapi rasanya waktu sehari
tidak akan cukup jika digunakan untuk bercakap-cakap dengan orang-orang jenius
ini. Selalu saja ada topik yang bisa mereka bicarakan dihari kemudian, setelah
sehari sebelumnya telah membahas banyak hal, misalnya tentang perang dunia yang
entah kapan akan berakhir.
Senyum
Hemingway cerah ketika melihat pelataran bangunan itu, dilihatnya puncak topi James,
pertanda bahwa mereka semua sudah berkumpul didalam bangunan. Saat akan
menyebrang jalan, dilihatnya Sylvia, perempuan pemilik bangunan itu keluar ke
teras untuk bergumam tentang hujan sore ini. namun urung karena melihat
Hemingway yang berlari tergopoh menujunya.
“Bonjour,
Ernest,” sapa Sylvia dengan logat yang aneh. Maklum, Sylvia ini sebenarnya
bukan orang Paris. Dia seorang ekspatriat dari Amerika. Dia bilang kota tempat
tinggalnya bernama New Jersey.
“Bonjour,”
sapa Hemingway sambil membuka topinya. “Logatmu tidak berkembang juga.”
Sylvia
hanya tertawa renyah dan menyuruh Hemingway masuk. Dan dilihatnya bangunan yang
penuh dengan buku-buku, lorong-lorong yang berilku-liku yang sisi-sisinya
dipasangi rak buku. Beribu buku diletakkan di rak yang menempel pada dinding
bangunan itu.
Dan
seperti inilah keadaan Shakespeare and Company, toko buku yang juga
sebuah perpustakaan. Yang dulunya terletak di celah sempit di daerah Rue
Dupuytren, yang setelah dua tahun dipindahkan karena bangunan yang terlalu
sempit jika digunakan pria-pria berbadan besar untuk beraktivitas setiap hari.
Sylvia Beach bersama The Lost Generation |
Seperti
biasa, si tua Ezra Pound, Hemingway selalu memanggilnya begitu sedang menikmati
kopi hitamnya bersama satu tumpuk buku yang baru saja diambilnya dari rak buku
Sylvia.
“Bonjour,
Pak Tua,” sapa Hemingway sedemikian rupa. Dan mulailah mereka, mereka yang
dijuluki The Lost generation atau Generasi yang hilang. Si Hemingwaylah
yang memimpin mereka. Bertahun-tahun bersama-sama menciptakan karya sastra
masterpiece. Hingga, tidak ada lagi yang tidak mengenal nama mereka pada zaman
itu.
Mereka
lah yang kini menjadi pioneer Gerakan Modern Paris. Membawa angin segar untuk
kehidupan sastra di Benua Eropa atau di seluruh penjuru dunia. Namun, kini
banyak percakapan mereka yang ternyata ada benarnya juga, tentang perang dunia.
Karena dua puluh tahun kemudian, toko ini harus ditutup karena pecahnya Perang
Dunia Kedua.
Hingga
seorang pemuda bernama George Whitman, yang mendedikasikan dirinya pada bidang
sastra membuka kembali toko buku itu. meneruskannya hingga berpuluh, puluh
tahun kemudian. Hingga toko favorit para penyair ini menjadi ikon kota mereka ,
Paris.
Awalnya
toko buku ini berada di daerah Reu La Bucherie, dengan nama Le
Mistral. Namun, akhirnya pemuda asal Amerika itu mengganti namanya menjadi Shakespeare
aand Company, seperti toko buku yang buka sepuluh tahun lalu, yang
melegenda karena nama seorang Hemingway dan teman-temannya, para Generasi yang
hilang.
Sylvia Beach |
Kini,
di akhir 2013, dimusim dingin, toko bersejarah itu masih kokoh berdiri. Dikelola
oleh anak si George Muda, yang kini sudah tiada, yang tidak berhasil mewujudkan
cita-citanya untuk hidup sampai 100 tahun, dia hanya bisa bertahan sampai
umurnya yang ke 98. Anaknya Sylvia Beach Whitman, persis nama pendirinya
terdahulu, mengelola toko itu dengan apik. Namun juga tidak mengesampingkan
jati diri toko buku itu. Sylvia membiarkan para penulis muda untuk menghabiskan
waktunya disana tanpa batas. Bersama-sama meniti karier. Seperti yang dilakukan
para Generasi yang hilang.
SHAKESPEARE AND COMPANY
Shakespeare and
Company adalah sebuah toko buku bersejarah yang tepat berada di jantung kota
Paris. Yang berada dekat dengan Place Saint Michel, hanya beberapa
langkah dari Notre Dame dan sungai Siene.
Toko
buku ini pertama didirikan oleh Sylvia Beach, seorang ekspatriat dari Amerika
yang hobi membaca buku pada tahun 1919 di Rue Dupuytren, namun karena
tempatnya yang keci, Sylvia memutuskan untuk memindahkannya ke rue de l'Odeon pada tahun 1921. Di tahun-tahun inilah, para Generasi
yang hilang seperti Ernest Hemingway, Ezra Pound, F. Scott Fitzgerald, Gertrude
Stein, George Antheil and Man Ray menghabiskan waktu mereka di Shakespeare and
Company, yang djuluki "Stratford-on-Odéon" oleh James Joyce, yang
menggunakan Shakespeare and Company sebagai kantornya. Banyak buku antik yang bisa
ditemukan disini, yang pada tahun-tahun tertentu dihentikan peredarannya karena
menimbulkan kontroversi, seperti Lady Chatterley’s Lover larya D.H Lawrence
yang dilarang di Inggris dan Amerika.
Beach-lah
yang pada awalnya menerbitkan buku James Joyce yang berjudul Ulysses
pada tahun 1922, yang telah dilarang di Amerika dan Inggris. Hingga edisi
berikutnya dari Ulysses diterbitkan dengan nama Shakespeare and Company. Membuat
nama Shakespeare and Co. Mendunia.
surga pecinta buku klasik |
Toko
buku Shakespeare and Company yang asil ditutup pada tanggal 14 Juni 1940 ketika
adanya invansi Jerman ke Prancis pada masa Perang Dunia II. Namun, ada rumor kalau
toko buku antik itu ditutup karena Beach menolak memberikan kopian terakhir
buku Joyce yang berjudul Finnegans Wake kepada Opsir dari Jerman. Ketika
perang dunia berakhir, Hemingway mengungkapkan secara pribadi bahwa toko itu
dibuka kembali, namun nyatanya tidak, toko bersejarah tersebut tidak pernah
dibuka lagi oleh Sylvia Beach, pemilik toko tersebut.
Hingga
tahun 1951, sebuah toko buku dengan nama Le Mistral dibuka di daerah Rue
de la Bucherie oleh seorang pecinta saatra bernama George Whitman. George
yag merupakan warga Amerika, tentu saja mengisi toko bukunya dnegan buku-buku
berbahasa Inggris, seperti toko buku Sylvia Beach.
Dan
seperti layaknya Shakespeare and Company lama, Le Mistral juga menjadi sumber
inspirasi bagi para penulis muda, pembaca, dan pelancong, juga semacam tempat
berkumpulnya kaum Bohemian Paris lebih dari 60 tahun, seperti Allen
Ginsberg, Gregory Corso, and William S. Burroughs, yang biasa disebut Beat
Generation.
Pada
tahun 1964, Sylvia Beach meninggal, sehingga George Whitman mengganti nama
tokonya menjadi Shakespeare and Company untuk menghormati Sylvia Beach.
Whitman tua dan anaknya, Sylvia Beach Whitman |
Toko
buku bersejarah itu sekarang memiliki beberapa fasilitas, seperti tempat tidur
untuk yang suka menghabiskan waktunya di toko buku dari pada dirumah, yang
berjumlah 13 temmpat tidur yang berada dibeberapa sudut toko buku, Whitman
berkata bahwa setidaknya ada 40,000 orang yang tidur di toko bukunya hingga
saat ini. Juga piano yang ada dilantai dua.
Kini,
setelah George Whitman meninggal di usianya yang ke 98 pada tanggal 14 December
2011, toko buku itu dikelola oleh anak perempuannya, Sylvia Beach Whitman. Seperti
ayahnya, dia juga mengizinkan para penulis muda untuk merintis karier di toko
buku mereka.
seperti labirin buku |
Toko
buku bersejarah ini juga dengan rutin mengadakan acara-acara seperti pembacaan
puisi, Sunday
Tea, hingga pertemuan dengan para penulis. Juga dengan diadakannya Festival
Literatur setiap dua tahun sekali, menjadi sebuah bentuk apresiasi dan komitmen
pemiliknya untuk tetap fokus pada kegiatan membaca dan event-event yang
berhubungan dengan literatur.
Dan karena
ketenarannya, toko buku ini juga dijadikan lokasi syuting untuk film layar
lebar, seperti Before Sunset (2004) yang diperankan oleh Ethan Hawke dan
Midnight in Paris (2011) yang diperankan oleh Owen Wilson.
Shakespeare and Co di Before Sunset |
ALAMAT : 37 Rue de la Bûcherie,
arrondissement 5, Paris
JAM BUKA : Senin – Jumat : 10.00 – 23.00
Sabtu, Minggu : 11.00 – 23.00
TRANSPORTASI : Naik Metro, turun di Stasiun Saint Michel,
lalu jalan kaki sebentar.
WEBSITE : www.shakespeareandcompany.com
COMMENT :
Berhubungan
saya suka sekali dengan hal begituan, saya tertarik sekali dengan toko buku ini. walaupun jauhnya hingga Paris sana,
kalau Allah mengizinkan saya pasti akan sampai sana. Saya ingin memasukkan nama
toko buku ini dalam daftar tujuan saya ketika saya melancong keliling Eropa.
tangga ke lantai dua |
Rasanya
sangat magis ketika saya masuk dan mendapati beribu buku tersusun rapi dirak
buku yang membentuk labirin. Untuk saya itu merupakan surga dunia. Saya mungkin
dengan senang hati tidur disana hanya untuk memuaskan hasrat saya membaca. Dan saya
bersyukur bahwa sebagian besar buku di toko buku ini berbahasa Inggris walau
tempatnya berasa di Perancis. Tapi, siapa tahu kalau memang saya diijinkan ke
sana, saya akan tertarik mempelajari bahasa
Perancis.
Namun,
saya masih berpikir, apa yang membuat George Whitman mengganti nama toko
bukunya dan memberikan nama anaknya sama dengan nama pemilik Shakespeare and
Company yang asli. Apa hubungan mereka? Apa jasa Sylvia untuk George? Saya hanya
bisa mengangkat bahu, siapa yang tau?
Dan,
saya baru menyadari ternyata kemarin tepat 2 tahun kematian George Whitman. Haha,
membuat saya sagak tercengang karena saya juga beru kemarin merasa sangat
tertarik dengan Toko buku bersejarah ini. Mungkin hanya kebetulan.
ini dia bed-nya, tiduran sambil baca buku |
Rekomendasi
saya, masukkan Shakespeare and Company dalam daftar kunjungan anda jika anda
pergi ke Paris. Toko buku ini juga berada di jantung kota Paris, tepat
disamping Notre Dame, Saint Michel, dan sungai Seine yang terkenal. Jadi tidak
akan rugi kalau sebentar saja mengunjungi toko buku ini, hanya untuk
membayangkan Hemingway dan James Joyce menyusun karya mereka yang mendunia,
lalu sorenya bisa menikmati kemagisan sungai Seine dan kemegahan Notre Dame.
sekian.